Rokok Haram Atau Mubah ?

Rokok Haram Atau Mubah ?


Bila membahas rokok tiada habisnya untuk di ulas, apa lagi bersama masyarakat awam. Rasanya membahas tentang rokok adalah perilaku yang kolot jika argumentasi mereka tidak berlandaskan agama, hanya pengetahuan tentang sosial kehidupan yang mereka rasakan. Memang benar, setiap kebijakan yang dilakukan pemerintah tentunya menimbulkan efek samping. Seperti kelangsungan perusahaan rokok akan terancam, pengangguran semakin banyak, dan nasib para petani tembakau yang tidak jelas kedepannya. Namun diluar itu ada lagi masalah besar yang harus kita ketengahkan, yakni urusan agama. Rokok bukan lagi harus dipandang sebagai sesuatu yang perlu di perhitungkan, sesungguhnya ia membawa mudarat, dalam konteks islam sesuatu yang haram harus (wajib) di tinggalkan. Tak peduli bagi mereka yang menentang, toh agama yang sudah berbicara melalui ulama atas rekomendasi pakar. Masih juga memikirkan kesejahteraan? Masyarakat pengangguran? Sebaiknya itu di nomor duakan, karena bisa dilakukan kebijakan baru dengan mengkaitkan beberapa opsi, tetapi tidak rasanya untuk urusan agama yang satu ini.

Dari diskusi bersama teman-teman mahasiswa Karimun, saya pun tergerak untuk mengangkatnya ke dalam blog ini. Tujuannya bukan untuk mendiskriminasi namun lebih ke pada berdakwah, dan saya merasa dalam menyampaikan kebaikan itu perlu, apa lagi menyangkut keberlangsungan umat -generasi penerus bangsa.

Rokok berasal dari pohon Tobaco yang ditemukan pada tahun 1518 M di Meksiko, para pakar yang menemukannya membawa benih pohon ini ke Eropa dan dari sana ia tersebar ke seluruh dunia. Mereka menamainya tobacco sesuai dengan nama tempat di mana ia ditemukan dan inilah yang kemudian kita Indonesiakan dengan kata tembakau (rokok).

Rokok adalah sesuatu yang relatif baru, karena itu tidak ditemukan pandangan jelas dan tegas dari pada ulama masa lampau. Namun demikian, melalui pemahaman tentang “Tujuan Agama” kita dapat mengetahui hukum merokok dan persoalan-persoalan baru lainnya. Menurut pakar Tafsir Al-qur’an terkemuka di Indonesia, M. Quraish Shihab. Yang tertera pada judul buku “Dia Dimana-mana” dengan membahas tentang  “Pohon Terlarang (rokok)”. Beliau menjelaskan, tujuan tuntunan agama adalah memelihara lima hal pokok yaitu Ajaran Agama, Jiwa, Akal, Harta dan Keturunan. Setiap aktivitas yang menunjang salah satunya, maka pada prinsipnya dibenarkan dan ditoleransi oleh islam, dan sebaiknyapun demikian.

Di tambahnya lagi. Pembenaran itu bisa mengambil hukum wajib, sunnah, mubah, makruh, dan haram. Pandangan Islam tentang merokok dalam kategori apa ia ditempatkan dari kelima tingkatan hukum di atas, ditentukan oleh sifat rokok serta dampak-dampaknya bagi kelima tujuan pokok agama. Sebagian ulama terdahulu cenderung menilai rokok sebagai sesuatu yang mubah. Ini disebabkan karena mereka tidak atau belum mengetahui dampak negatif merokok.

Ulama-ulama kontemporer banyak merujuk kepada para pakar untuk mengetahui unsur-unsur rokok, serta dampaknya terhadap manusia. Atas dasar informasi itu, mereka menetapkan hukumnya. Al-marhum Syekh Mahmud Syaltut, Pemimpin Tertinggi Al-Azhar di tahun enam puluhan, menilai pendapat yang menyatakan merokok adalah makruh, bahkan haram, lebih dekat kepada kebenaran dan lebih kuat argumentasinya.

Ada tiga alasan pokok yang dijadikan pegangan untuk ketetapan hukum ini.
Pertama, sabda Nabi saw. Yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan Abu Daud dan Ummu Salamah bahwa : “Rasul saw. Melarang segala sesuatu yang memabukkan dan melemaskan (menurunkan semangat)” (HR. Ahmad dan Abu Daud melalui Ummu Salamah ra.)

Seperti diketahui, seorang perokok akan kecanduan dengan rokok, yang terlihat dengan jelasa saat ia tidak memilikinya.

Kedua, merokok dinilai oleh banyak ulama sebagai salah satu bentuk pemborosan. Hal ini bukan hanya oleh orang perorang yang membeli sebatang dua batang, tetapi justru pabrik-pabrik rokok, yang mengeluarkan biaya tidak kecil untuk mempropagandakan sesuatu yang tidak bermanfaat kalau enggan berkata membahayakan. Agama melarang segala bentuk pemborosan, jangankan dalam hal buruk, atau tidak bermanfaat, dalam hal yang baik pun dilarangnya. “Tiada pemborosan dalam kebaikan dan tiada kebaikan dalam pemborosan” Demikian sabda Nabi Muhammad saw.

Ketiga, dampaknya terhadap kesehatan. Mayoritas dokter bahkan negara telah mengakui dampak buruk ini, sehingga seandainya tidak ada teks keagamaan (ayat atau hadist Rasul saw.) yang pasti menyangkut larangan merokok, maka dari segi “Tujuan Agama” sudah cukup sebagai argumentasi larangannya.

Ulasan : Perubahan Tubuh Seseorang Setelah Berhenti Merokok

Wahai teman-teman sekalian! Jangan berkata bahwa merokok adalah persoalan pribadi.
Tidak! Perokok pasif secara sengaja atau tidak, asap rokok orang lain dapat menanggung bahaya yang tidak kurang besarnya, bahkan lebih besar dari si perokok itu sendiri. Karena itu, hindarilah merokok, sebab jika tidak, memikul dosa dua kali. Pertama mengganggu orang lain, dan sebelumnya Anda menganiaya diri Anda sendiri. Di sisi lain, yang tidak merokok hindari perokok, karen itu berarti Anda menghindari bahaya, sekaligus meneguir secara tidak langsung si perokok, dan menyampaikan secara halus kepadanya bahwa Anda enggan bergaul dekat dengannya.

Potensi Sumber Daya Kelautan dan Perikanan Indonesia

Perubahan Tubuh Seseorang Setelah Berhenti Merokok

Perubahan Tubuh Seseorang Setelah Berhenti Merokok

British Medical Journal menyebutkan bahwa setengah jumlah perokok akan meninggal karena rokok, lalu dari mereka setengahnya meninggal pada usia pertengahan, 20-25 tahun akibat merokok. Dalam tulisan Tjandra Yoga Aditama di harian Kompas Jumat 31 Oktober 2003, saya temukan tulisan yang mengulas unsur senyawa yang berbahaya pada rokok. Antara lain Seton (cat), Amonia, (Pembersih lantai), Butane (lighterfuel), Kadimun (aki mobil), Karbon  monoksida (asap knalpot), Metanol (bensin roket), Hidrogen sianoda (gas beracun) dan lain-lain.

Dalam koran tersebut juga disinggung perubahan tubuh setelah seseorang berhenti merokok. Akan terjadi setelah 20 menit berhenti merokok, yakni tekanan darah dan denyut nadi akan kembali normal, setelah 8 jam, kadar oksigen di darah kembali ke angka normal. Dan setelah 24 jam, karbon monoksida dieleminasi dari tubuh. Setelah 48 jam, nikotin tidak dapat lagi terdeteksi di dalam tubuh dan kemampuan untuk mencium dan merasa menajadi lebih baik. Setelah 72 ja, bernafas muliai lebih lega dan level energi mulai meningkat. Setelah 5 tahun, resiko terjadinya serangan jantung menjadi setengah dibandingkan dengan mereka yang terus merokok dan setelah 10 tahun, resiko menderita kanker paru menjadi saparuh dari resiko mereka yang terus merokok, dan resiko mendapat serangan jantung  menjadi lebih kurang sama dengan mereka yang sama sekali tidak perokok.

Selarik Asa Kepada-Nya

Selarik Asa Kepada-Nya


Tuhan
Dekap aku dalam rangkulan-Mu
Tuhan
Pulaskan lelap tidurku

Ampuni hamba penuh dosa
Lumpuhkan sandiwara bertahta dusta
Dunia sipu malu
Merunduk seakan pilu

Wajah merah merona
Terbakar api bernoda
Beban berat menimpa
Kuasa-Mu bercahaya bagai kilau permata

Laksana penjelajah gelap tanpa daya
Terbang melayang di angkasa
Daku umpana kembang
Mengarang alunan tembang

Terkatung di ombak rawan
Tergantung di angan awan
Dada berdebar
Gelisah tergambar

Alam diam !
Gelak bermuram
Sukma menerima alam
Meratap merindu dendam

Tuhan
Rintihan peluhku
Pedih luka lara
Tuhan
Darah merah menyala
Basuhi jiwa hampa

Tuhan
Takdir kehidupan ?
Rasa pahit merasang
Daku lari terjang
Sela-sela angin malam

Lewah

Lewah

Benarkah di dunia ini tidak ada yang sempurna? Ternyata ada, misalnya kalimat. “Saya pergi” adalah contoh kalimat sempurna. “Saya” sebagai subyek, sementara “pergi” sebagai predikat. Begitu sederhana, tapi justru kesederhanan itulah yang menjadikannya sempurna.

Dalam teori jurnalistik, selalu dikatakan bahwa berita, agar “sempurna”, harus memenuhi unsur dasar 5W (who,what,when, where,why) dan 1H (how). Tapi penekanannya bisa berbeda-beda. Jika peristiwa yang hendak ditonjolkan, unsur what didahulukan. Bila pelaku, korban, atau saksi yang lebih penting, unsur who yang ditonjolkan. Unsur when dan where digunakan sebagai pelengkap. Sedangkan why dan how dipakai sebagai penjelasan.

Begitu pula kalimat. Kalimat sempurna sekurang-kurangnya harus memiliki subyek (who) dan predikat (what). Kalimat “Saya pergi” yang sempurna itu bisa diberi pelengkap (when dan where): “Beniat menemui seseorang, kemarin saya pergi ke Bogor menumpang mobil teman”.

Kaimat sempurna sangat berpotensi menjadi kalimat efektif, yakni kalimat yang dapat menyampaikan imformasi atau gagasan penulisnya secara tepat kepada pembaca. Kalimat efektif selalu berupa kalimat yang singkat, padat, jelas, lengkap dan cermat. Jika syarat itu tak terpenuhi, kalimat akan tergelincir menjadi tidak efektif.

Salah satu penyebab kalimat tidak efektif adalah pemakaian kata mubazir, yaitu kata yang bila dihilangkan tidak akan mengganggu kelancaran komunikasi. Sifatnya yang berlebihan bahkan menghasilkan kalimat rancu atau kacau.

Di media masaa, kerap saya dapati kalimat rancu semacam ini: “Dalam sebuah kemelut di sisi kanan gawang Barcelona, membuahkan tendangan pojok”. Kaimat ini kacau karena kehilangan subyek. Jika “dalam” di awal kalimat di buang. Kerancuan hilang dan kalimat itu menjadi efektif: “Sebuah kemelut di sisi kanan gawang Barcelona membuahkan tendangan pojok”.

Harus diakui, kelewahan kata bertebaran di media massa. Ironisnya, di satu sisi, media gemar menggunakan singkatan (terutama akronim). Tapi di sisi lain sering memakai kata secara berlebihan. Contoh, “Kadin meminta kepada pemerintah agar lebih serius dalam menjalankan paket kebijakan tersebut.
Silahkan buang kata-kata yang tercetak miring dalam tiga kalimat tersebut. Maka akan kita dapatkan kalimat efektif.

Ada lagi kalimat “Dua kubu pendukung saling berhadapan” dan “Masyarakat seolah-olah terbelah menjadi dua kubu yang saling berseberangan”. Imbuhan “ber-an” antara lain berfungsi menyatakan makna saling atau perbuatan timbal balik. Jadi kata “saling” sama sekali tidak dibutuhkan dalam kedua kalimat tersebut.

“Mantan” atau “bekas” juga merupakan kata yang sering dipakai padahal tak diperlukan. Kalimat “Jokowi mengaku siap berkomunikasi dengan mantan presiden kelima Indonesia, Megawati Soekarnoputri” dapat di jadikan contoh, sehingga kata “mantan” tak dibutuhkan. Kata “bekas” dalam “Bambang Pamungkas, bekas pemain timnas Indonesia tahun 1998-2014 mengunjungi Kabupaten Karimun” juga contoh kata lewah karena sampai kapan pun Bambang Pamungkas adalah pemain tim nasional indonesia tahun 1998-2014.

Ada kalimat yang jika dibaca sekilas, seolah-olah tanpa masalah, seperti “Meski mengukir sukses fantastis, SMK negeri 1 Karimun tak mau berhenti sampai di sini”. Kalau kita perhatikan, ada kejanggalan di situ. Bisakah sesuatu “berhenti sampai di sini”? Tentu tidak. Bentuk yang ringkas dan tanpa masalah adalah “berhenti di sini”.

“Ia mulai berkuasa sejak 1981” juga seperti tanpa persoalan. Padahal, bila “mulai” yang lewah itu di buang, tampillah kalimat efektif: “Ia berkuasa sejak 1981”.

Sebagian orang berpendapat, dalam menulis, yang penting adalah pesan yang kita tulis sampai kepada pembaca. Kata lewah pun bukan masalah jika pembaca memahami tulisan kita. Maka seorang teman menulis begini. “Karena saya gila, sehingga menjadikan saya mudah tertawa”. Mungkin kalimat itu dapat dipahami, tapi akan jauh lebih mudah dimengerti bila kata-kata lewahnya dibuang: “Saya gila sehingga mudah tertawa”.

Arswendo Atmowiloto, penulis banyak buku. Yang saya temukan di majalah tempo pada perpustakaan daerah Kabupaten Karimun. Mengatakan bahwa tanpa melewa, penulis itu gampang. Uu Suhardi seorang penulis majalah tempo di rubrik bahasa yang mengangkat judul “Lewah” berani mengatakan, bagi penutur aslinya, bahasa Indonesia sebenarnya persoalan gampang, tapi kerap digampang-gampangkan sehingga menjadi masalah yang rumit.

CERMIN REPUBLIK

CERMIN REPUBLIK

ADA REPUBLIK 
ADA CERITA MENARIK

CERMIN KATAKANLAH
ADA YANG BERBEDA DARI REPUBLIK INI
CERMIN UNGKAPKANLAH
ADA KELUH RESAH NYAWA KALBU NURANI
DARI PADA DAKU MENDEKAP KEGELAPAN
DARI PADA DAKU BERIMAN JERUJI KEPALSUAN

SANGGUP KAU SIMPAN RAHASIA
RAHASIA BEJAD BERTAHTA SANDIWARA
TENTANG SIAPA YANG BERDUSTA
DAN SIAPA PENUH NISTA

KAU TEBALKAN SAKU DARI MUKAMU
KAU SADAR ! TINGKAHMU DIBATAS WAJAR

KETIKA DIA BERI MANIS LUDAH
KAU JILAT TANPA TELA'AH
KALA DIA BERI PAHIT LIUR
KAU MUNTAH SIMPANG SIUR
KU PUJA, KAU TERLENA
KU TAMPAR, KAU TERKAPAR

BAGAI BERUANG DALAM JURANG
BERUANG MALANG DAN BERUANG JALANG
BERUANG MALAM MENDEKAM DALAM RIMBA
BERUANG JALANG JATUH DIBUAIAN DOSA

HEMPAS! PIJAK CERMIN KESUCIAN
SUKMA MEREDAM KEAJAIBAN
RUNTUH TEMBOK ABDIMU
TERSAYAT DALAM TAWAMU

MERINDU PELIK KICAUAN
MENGALIR DERAS UNTAIAN
LAKSANA ASMARA KEHILANGAN SEROJA
REPUBLIK TINGGAL CERITA

CERMIN DATANG SEMASA
CERMIN DEMIKIAN RASA
WALAU ASA TERANGKAI DINDING BUTA

DIMANA KETUK PALU KEJUJURAN ?
KITAB HUKUM BISA DI PALSUKAN
DIMANA LAHAN SUBUR KEADILAN ?
BIAR KU TONGGAKKAN KEBENARAN

CERMIN USANG
PERLAHAN BERGANTI SAYANG
CERMIN HITAM TERNODA
MEMUTIH OLEH TUNAS BANGSA

CERMIN REPUBLIK
RETAK API PERCIK
CERMIN REPUBLIK
HILANG DERAI DARI SEJERNIH LICIK

LALU, APAKAH CERMIN BERKABUT?
ATAU APAKAH CERMIN MENDESIR LEMBUT?
CERMIN PEDOMAN DIRI
PILIH BERUBAH? ATAU MATI!

Karya : Siti Nur Hafizha

Laut Karimun Tercemar Oleh Limbah Warganya Sendiri

Laut Karimun Tercemar Oleh Limbah Warganya Sendiri

Selama ini perhatian terhadap kelautan sangat sedikit bila dibandingkan dengan perhatian terhadap daratan. Padahal, laut merupakan bagian terbesar -mencakup 70 %- dari planet bumi. Potensi sumber daya alam laut juga jauh lebih besar dan beranek ragam, termasuk sumber daya hayatinya. Namun, implikasi darei rendahnya perhatian terhadap laut maka kemampuan memanfaatkannya juga rendah.

Foto yang di ambil pada siang kamis tadi (18-08-2016) tepat di selokan/parit salah satu hotel di Kabupaten Karimun adalah bukti ketidakpedulian masyarakat bumi beerazam terhadap ekosistem laut. Laut masih dijadikan tempat pembuangan akhir sampah dan limbah, minimnya sarana pengelolahan limbah dan sampah, serta rendahnya kesadaran masyarakat dalam menangani sampah dan limbah secara baik dan benar telah menjadikan laut ini sebagai sarana buangan limbah dari berbagai macam aktivitas mansuia.

Dengan kondisi air seperti ini maka mutunya menjadi tidak layak untuk di minum. Akar penyebabnya adalah pengelolaan limbah yang salah. Kesalahan itu tidak hanya dilakukan oleh masyarakat pesisir pantai yang masih tradisional, tapi juga oleh fasilitas pariwisata yang sudah dikelola dengan cara modern. Banyak hotel, tempat penginapan, cottage modern, namun tetap tradisional dalam pengelolaan limbah.

Jika kebiasaan ini tidak segera diubah dengan memperbaiki pola pengelolaan limbah, lambat laun wisatawan enggan berkunjung karena lokasinya sudah tercemar. Pencemaran laut oleh limbah dan sampah memang telah menjadi persoalan dunia dewasa ini. Sebab selain dapat mengurangi mutu obyek wisata, juga menjadi ancaman bagi kehidupan fauna dan flora laut.

Beberapa laporan penelitian menyebutkan, sampah plastik kini telah menjadi faktor pembunuh beberapa jenis hewan laut, termasuk terumbu karang. Pengelolaan limbah dan sampah di kawasan pesisir terutama di kawasan wisata memang tidak bisa sembarangan. Dengan cara pengendapan ke dalam tanah, jelas tidak cukup, sebab pasti kandungan racun yang mengendap ke tanah, bakal terbawa aliran air hujan ke laut. Dengan demikian, sama saja dengan tidak diolah. Pengelolaan limbah seperti ini jelas salah, dan akibatnya kelestarian fauna dan flora laut terus terancam, apalagi bila kemudian bercampur dengan olie dan minyak buangan kapal-kapal.

Mengubah kebiasaan membuang limbah dan sampah ke laut memang tidak mudah. Namun tentu bukan hal yang mustahil, sebab sesungguhnya perilaku masyarakat dapat diubah asalkan ada upaya serius dari semua pihak. Salah satu pendekatan kearah perubahan perilaku adalah dengan penegakkan hukum yang konsisten dan kontinyu, dan pemerintah dalam hal ini Kementerian Negara Lingkungan Hidup tampak berusaha menyiapkan perangkat hukum, seperti Undang-Undang Pengelolaan Sampah, dan sebagainya yang dapat dijadikan acuan bersama. Uje.

Lagi-lagi Gedung KECC Yang di Sorot

Lagi-lagi Gedung KECC Yang di Sorot

Apa yang terjadi di atas ? foto yang diambil pada perayaan HUT RI yang ke 71 di costal area tersebut mengundang reaksi saya yang kesekian kali untuk membahasnya.
Sebenarnya tidak ada yang salah pada gambar di atas, namun tahukan anda kalau bangunan yang diduduki para penonton tersebut adalah aset Pemkab Karimun yang tidak terpakai dan tak jelas kemana arah tujuannya. Namanya adalah Karimun Exebithion and Convention Centre (KECC), bangunan milliyaran rupiah yang seyogyanya menjadi penunjang PAD Karimun namun sampai detik ini tidak ada satupun pergerakkan yang dilakukan oleh pemerintah daerah Karimun..

Kami dari PC PMII Karimun meminta pemerintah Kab Karimun untuk serius mengelola bangunan ini, dan untuk para dewan terhormat segera bertindaklah yang sebagaimana seharusnya.. 

Karimun Menuju Perubahan

Karimun Menuju Perubahan

Salah satu manusia tercerdas di dunia “Albert Einsten” pernah berujar bahwa ukuran kecerdasan bukan terletak pada kebiasaan memakai alat-alat lama, tetapi pada kemampuan untuk merubah. Kalimat ini bagi saya harus di renungi disetiap orang yang yakin akan perlunya keberanian untuk berubah.

Dalam implementasinya setiap perubahan diperlukan percakapan. Bahasa dan cara-cara yang kita pakai dalam berkomunikasi akan menentukan suatu organisasi/komunitas, perusahaan, hubungan, dan masa depan. Kita harus memilih apakah ingin terus saling menyalahkan dengan menunjuk hidung, fokus pada apa yang tidak bisa dikerjakan orang lain. Atau sebaliknya, yakni fokus pada apa yang bisa dikerjakan orang bersama dan saling menghargai?? Ayo kawan.. saatnya kita bangun suatu peradaban yang bagus di karimun ini. Berubah dan beruba!

Meski saya bukan pakar motivasi seperti Mario Teguh tetapi saya setidaknya sudah berupaya untuk merubah melalui cara ini, yakni menyadarkan ke orang ramai-pentingnya makna perubahan-yang sibuk dengan kerutinan aktivitasnya.

Mari kita contohi penduduk jepang, negeri yang terkena musibah tsunami pada beberapa tahun yang lalu, bisa bangkit dalam sekejap dengan terlihatnya lumbung padi serta tanaman-tanaman yang siap mereka jual.

Jawaban yang langsung di kepala saya adalah mereka tidak suka bermalasan. Barang kali di setiap benak penduduk jepang bermalas-malasan adalah dosa besar. Semalas-malasnya manusia jika dibanding makhluk lain, manusia adalah makhluk yang punya nalar dan bisa belajar. So belajar adalah sarana untuk memperbarui diri. Tanpa belajar kita akan terperangkap hidup di masa lalu.

Seperti kata Albert Einstein lagi, “Kita tidak bisa memecahkan masalah-masalah baru dengan cara-cara lama.”

Senin yang lalu saya membaca buku Let’s Change karya Prof. Rhenald Kasall, Ph.D di perpustakaan daerah milik Pemkab Karimun. Beliau mengatakan rasa takut dan rasa sakit adalah dua instrument Tuhan untuk mengatur manusia. Tambahnya lagi, bagi sebagian orang rasa takut sudah bisa membuatnya berubah, tapi ada sebagian orang yang belum mau berubah meski rasa takutnya sudah amat jelas. Orang-orang seperti ini baru berubah setelah rasa sakit melebihi rasa takut.

Waww, menarik bukan kata-katanya? Saya rasa anda yang membaca kutipan dari profesor ini paham apa yang dimaksud, nah jika paham. Kapan kita ingin merubah? Apalagai sebuah perubahan besar untuk masyarakat umum. Tentunya masyarakat karimun, masyarakat yang perlu dituntun untuk berubah..

Indonesia kini, selalu menimbulkan masalah baru di berbagai daerah. Seperti kekerasan seksual, ketenagarakerjaan, kemiskinan, sampah berserakan, hingga mahasiswa yang dipandang sebelah mata. Di era ini perlu adanya orang-orang pergerakan dalam bentuk perubahan besara-besaran, bukan hanya berkutat di kursi panasnya sambil membanggakan teorinya yang tak pernah terealisasi.

Dan dari tulisan di atas, dapat kita simpulkan bahwa salah satu penghalang bagi manusia -Indonesia- untuk memperbarui diri adalah kita selalu merupakan produk dari masa lalu.

#salampergerakan.

Baca Juga : Nak Kemane? Tak ade ..

Saya Setuju Wacana Baru Mendikbud!!

Saya Setuju Wacana Baru Mendikbud!!
Baru dua pekan menggantikan Anies Baswedan, penambahan jam waktu belajar pada SD dan SMP ingin diterapkan oleh Muhadjir Effendi. Gagasan ini ia temukan dari Nawacita. Yakni pendidikan karakter dan budi pekerti, yang mencakup 80 persen. Sementara 20 persennya pengetahuan. Seluruhnya ada18 butir yang isinya seperti kepribadian, olahraga, hingga agama.
Ramai Gunjing perihal wacana ini, dilihat dari sumber media yang beredar banyak sekali penolakan yang berasal dari orang tua para murid. Sampai dengan mengisi petisi yang telah ditandatangani oleh 20.820 orang.
Sementara dari sudut pandang yang membuat kebijakan ini menganggap perpanjangan waktu ini tidak melulu diisi oleh pelajaran, melainkan pendidikan karakter, bahasa, rohani, dan lain-lain. Katanya lagi, jam pulangnya pun di atur menajdi sore sehingga tepat dengan jam pulang orang tua mereka.
Pro dan Kontra telah mewarnai pembahasan yang paling hangat di dunia pendidikan indonesia saat ini, padahal masalah amburadulnya kurikulum belum tuntas untuk di selesaikan. Kini hadir lagi sebuah masalah baru, agaknya mendikbud baru ini bukan ingin sembarangan meletakkan isu. Ada nilai positifnya jika sebuah rumor telah ramai dipergunjingkan, dari situ pemerintah bisa mengambil sebuah opini, masukan serta berupa saran dari berbagai kalangan termasuk individu.
Sah-sah saja bagi mereka para orang tua dan guru yang telah menandatangani petisi, karena merekalah yang terlibat di dalam itu semua. Namun harus di ingat bahwa pendidikan yang baik benar adanya seperti yang presiden Jokowi katakan. Generasi muda harus memiliki karakter bangsa, di antaranya adalah etos kerja, kerja keras, integritas, kejujuran, optimisme, serta gotong royong. Sehingga kedepannya bangsa indonesia bisa menjawab tantangan abad ke-21. Bangsa yang menang adalah bangsa yang memiliki karakter yang kuat. Kita Sebagai masyarakat seharusnya jangan fokus pada isuy penambahan jam sekolah, tetapi penguatan pendidikan karakter anak-anak. Seandainya wacana ini benar terealisasi, tidak dipungkiri lagi angka kriminalitas terhadap anak-anak dan remaja akan berkurang, sebab merela para pelajar akan pulang secara bersamaan dengan orang tua.

Masih Muda Sudah Berani Berhijrah

Masih Muda Sudah Berani Berhijrah

Assalamualaikum..

Ada cerita yang menarik pada malam rabu (3-8-2016). Menjelang tengah malam suasana malam di batu lipai seperti biasa, sepi, namun kendaraan tetap saja berlalu lalang. Ada pemandangan yang tampak aneh tetapi bagi saya sungguh luar biasa pada malam itu, dengan mengendarai sepeda motor matic dua wanita yang berboncoengan ini masuk ke minimarket My Mart. Sengaja saya berdiri di depan pasar swalayan tersebut, sebab malam itu saya ingin mengambil surat lamaran pekerjaan seseorang untuk membantu mencari pekerjaannya.

Baca artikel : Karena Cadar

Sejenak terlintas bahwa mereka adalah wanita muslim yang taat, pastilah keturunan habib, kia'i terlebih ulama besar. dan sejak kecil di ajar serta di didik di pesantren. Melihat dari postur tubuh mereka tidaklah begitu besar, agaknya mereka baru usia belia yang sedang menuju remaja. Hati kecil saya berkata " Sungguh beruntung seorang pria bila mendapatkan dari salah satu dari kalian, seandainya aku sudah siap seperti kalianlah yang akan aku pinang ". Haha, ngawurr.. Kerja aja belum tetap.

Pemandangan itu menjadi ajang sebuah kejutan, pemilik minimarket dan pengunjung melirik-lirik apa yang mereka lakukan, maklum rasa curiga telah melekat pada dua gadis muslimah tersebut. Dengan pakaian berwarna hitam lengkap dengan cadarnya, seolah mereka bukan warga republik ini, alihan merek tentu tertuju pada negara arab dan negara yang sedang berperang -sebut saja ISIS. Sebuah negara buatan yang ingin mendirikan negara islam dengan pemahaman mengikuti sunnah nabi. Akhir-akhir ini di media selalu ada pemberitaan kelompok saparatis, jubah-jubah seperti ini selalu berada di belakang aksi mereka, yakni istri-istri yang setia bersama suaminya, mereka pemberontak yang mengatas namakan agama islam.

Wassalam..
Copyright © Ketawa Karimun. All rights reserved. Template by CB